Strategi Dorong Industri Baja RI

baja indonesia

Industri Baja Indonesia sedang merencanakan metode untuk dapat mendorong kinerja perusahaan guna mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Salah satu strategi yang di gunakan industri baja yaitu metode Three Circular Economy. Menurut Pengamat industri , metode yang di ambil telah sesuai sehingga dapat menggapai tujuan agar segera terealisasikan. Sebagai informasi , Three Circular Economy merupakan sebuah analisa umum yang di gunakan pada setiap industri guna meningkatkan produksi perusahaan dalam negeri.

Selain itu juga penggunaan metode ekonomi ini digunakan sebagai mendorong daya beli konsumsi produk dalam negeri , menurunkan konsumsi impor baja dalam negeri dan peluang investasi semakin banyak. Hingga yang terakhir memberikan dampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional. Menurut rencana yang di adakan pada diskusi online yang bertema “Infrastructure Connect Digital Series 2021” yang membahas tentang kemandirian industri baja nasional guna mendukung pemulihan perekonomian nasional.

Dalam diskusi online tersebut kemenperin telah mempersiapkan rencana guna pengembangan industri besi dan baja nasional. Rencana yang di buat kemenperin mulai dari tahun 2015-2035 , pada jangka waktu tersebut industri besi dan baja nasional di harapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi pertahun hingga tahun 2024 sebesar 17 juta ton. Selain itu juga untuk mempercepat produksi di butuhkan teknologi terbarukan dalam memproduksi besi dan baja. Pada bulan April tahun 2021 , produsen besi dan baja telah memenuhi kebutuhan sebesar 11,7 ton.

Di ambil dari badan pusat statistik (BPS) , untuk sektor industri baja dan besi yang di gunakan sebagai material kontruksi dapat memproduksi mengalami pertumbuhan sebesar 4,42 persen. Peningkatan permintaan akan kebutuhan material besi dan baja di pengaruhi oleh realisasi belanja pemerintah indonesia dalam sektor kontruksi dan infrastruktur dengan kenaikan kebutuhan sebesar 50,52 persen. Selain itu juga adanya permintaan kebutuhan besi untuk industri otomotif , sebab adanya pemberlakuan kebijakan Diskon PPnBM.

Pada waktu yang sama , pelaku usaha yang bergerak sektor baja , untuk produk baja ringan , Stephanus Koeswandi memberikan penjelasan kebutuhan akan produk baja ringan membutuhkan beberapa faktor pendukung antara lain investasi , konsumsi masyarakat , ekspor dan impor dan yang terakhir pengaplikasian teknologi industri 4.0. Permasalahan yang di hadapi oleh industri baja di bawah 0,2 ketebalan nya seperti ketebalan inti 0,18 – 0,17 – 0,16 banyak di temukan di sejumlah daerah. Produsen baja dalam negeri tidak dapat membuat seperti itu di karenakan harus sesuai standar SNI.

Terdapat 5 strategi yang akan di gunakan untuk mencapai kemandirian industri baja nasional antara lain penegakkan standar produksi baja sesuai dengan SNI Indonesia , pemakaian bahan TKDN dalam negeri ,selektif dalam melakukan penanam modal asing (PMA) yang masuk ke indonesia , penggunaan State Of Art pada era industri 4.0 dengan menggunakan DNA(Device , Network & Application). Selain itu juga ada kolaborasi dengan UMKM dalam negeri untuk meningkatkan industri kecil di setiap daerah.

Kamu bisa mempelajari tentang teknik industri atau bisa memilih berbagai jurusan yang sesuai dengan minat bakat di kampus terbaik semarang

Untuk informasi Mengenai dunia industri yang lainnya bisa di Cek di https://industri.blog.unisbank.ac.id/

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published.